Sabtu, 31 Desember 2016

CERPEN LUKA-LIKU HIDUP

Lika-Liku Hidup
SABTU, 31 DESEMBER 2016
Anak pertama dari bapak Abdullah dan ibu Aminah ini merupakan anak yang menurut teman-temanya baik, sopan santun dan ramah. Serta dia suka menolong orang yang sedang kesusahan. Dia dididik dan dibina oleh orangtuanya dari kecil supaya menjadi orang yang mempunyai budi pekerti yang baik, wajar apabila banyak teman yang mendekatinya. Dia adalah Hana Mumtazah yang artinya bunga Istemewa. Kedua orang tuanya memberi nama Hana Mumtazah supaya kelak nantinya Hana tumbuh dewasa di pandang sebagai orang yang istimewa khususnya dimata Allah SWT. Dan dia memiliki adik yang duduk di kelas 6 SD yaitu Naura Mumtazah. Dia sangat bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT, baginya hidup adalah anugerah yang diberikan Allah SWT. Tidak ada kehidupan yang manis, lancar serta mulus, melainkan dalam kehidupan pasti banyak rintangan, cobaan maupun ujian. Namun dia selalu berfikir bahwa segala sesuatu yang menimpa keluarganya adalah suatu hal positif. Dimana Allah SWT sedang menguji umatnya seberapa besar mereka bersabar.
       Hari mulai redup, matahari terbenam di sebelah barat, usai melaksanakan kewajiban 5 waktunya. Gadis ini tertidur dengan nyenyaknya. Waktu menunjukan pukul 03:10 Handphone nya pun berdering dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an¸ bukan pangilan telpon, atau pun sms yang membuat Hana terbangun. Tapi panggilan untuk melaksanakan sholat Tahajud. Hana pun langsung bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan langsung melaksanakan sholat tahajud serta berdoa kepada Allah.
 “ Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Berikanlah yang terbaik bagiku dan bagi orangtuaku, jadikanlah kami orang-orang yang mulia dihadapan-Mu serta lindungilah kami dari marabahaya. Berikanlah kami rizki yang halal yang mampu untuk beribadah kepada-Mu.” Sholat tahajudnya pun selesai, dia langsung menyiapkan beberapa peralatan yang akan dibawa ke kampus. Karena hari itu merupakan hari dimana Hana pertama kali kuliah. Dia kuliah di tempat dimana orang-orang mengatakan kuliah elit. Bukan karena kaya, Hana kuliah tapi dengan tekad yang tinggi dan dukungan orang tua yang sanagat luar biasa.
Dengan jas, rok span, kerudung merah, serta sepatu hitamnya menunjukan sosok orang yang berwibawa.
Hana : “Ibu, Hana berangkat dulu yah?
Ibu  : “Iya sayang, hati-hati di jalan jangan lupa baca doa, jadilah yang     terbaik buat ibu dan ayah.
Dengan hati yang terharu, Hana meneteskan air mata dan memeluk ibunya dengan erat.
Hana  : “Iya bu, Hana pasti akan menjadi yang terbaik buat ibu dan ayah. Hana hanya meminta satu hal dari ibu dan ayah do’akaan selalu anakmu ini bu.
Hana pun mencium tangan ibunya dan berangkat menggunakan angkutan umum. Sesampainya di kampus tak lama kemudian bel pun berbunyi (tet..... tet.....tet....) tandanya seluruh mahasiwa baru diperkenankan untuk berkumpul di lapangan mendengarkan aturan dan tatat tertib yang ada di kampus ini. Usailah sudah pengumuman dibacakan oleh Dosen yang menurut kaum hawa adalah dosen terganteng di kampus ini beliau bernama bapak Arfanullatif yang sering dipanggil bapak Arfan.
Bapak Arfan : Untuk mahasiswa baru diperbolehkan untuk bristirahat.
Anak-anak pun beristirahat. Ada yang jajan, bercanda, dan lain sebagainya. Sedangkan Hana melamun dibawah pohon yang rindang, matanya mulai berkaca-kaca dan meneteskan air mata ternyata dia memikirkan sosok orang yang dikaguminya yaitu ayahnya yang bekerja keras untuk bisa menyekolahkan anaknya.
Hana : (dalam hati dia berkata) “tak seberapa penghasilan orangtuaku yang berprofesi sebagai buruh bagunan, tapi ayahku sangat mempunyai tekad yang tinggi untuk bisa menyekolahkan anaknya.”
Tiba-tiba datang seorang laki-laki debgan menggunakan baju rapih, berwarna merah dan tas gendongnya, untuk menanyakan kepana gadis yang di bawah pohon rindang itu menangis.
Azka : “Hai, kenapa nangis? Kenalkan aku Azka, (menyodorkan tangannya).
Hana : “Hai juga, aku nggak nangis kok. Aku Hana, (menyapu air matanya).
Azka : (heran) “masa? Tapi matamu berkaca-kaca loh !”
Hana : “Ahhh...perasaan kamu aja kali.” (senyum manis)
Suara adzan dzuhur pun berkumandang, saatnya melaksankan sholat empat roka’at.
Hana : “Sudah adzan mari kita sholat terlebih dahulu”. (mengangkat telunjuknya sembari mengkrutkan jidadnya dan tersenyum).
Azka : “ Subhanallah,(dalam hati, melamun dan menatap Hana)
Hana : “Helo Azka (melambaikan tanganya kehadapan wajah Azka)
Azka : “Astagfilullah (kaget) iyah mari.”
Empat rokaatnya pun selesai, tak terasa waktu menunjukkan pukul 14:30 gadis yang berkerudung ini menunggu jemputan mobil berwana merah yaitu angkot ha.. ha.. ha.
Hana sangat senang sekali bisa berkuliah, dia menikmati hari-harinya dengan belajar dan belajar. Hana tidak terlalu pintar, tapi rasa ingin taunya tinggi dan Hana orangnhya pelupa. Tapi wajar al-insanu mahallul khotho wannisyan , manusia tidak luput dari salah dan lupa.
Si mobil merah pun datang dan sampai dirumah.
       Hana : “ Assalamua’laikum (mengetuk pintu)
           Naura : “Waalaikumsalam, kaka udah pulang? Kak bagaimana suasana kampus?.
       Hana :  “Alhamdulillah senang de, mana ayah dan ibu ?
Naura : ”Ayah sama ibu belum pulang kak, tadi ayah nganter ibu ke puskesmas.   Ibu sakit kak.” (sedih)
Hana terdiam dan memikirkan apa yang akan terjadi pada keluarganya. Suara pintu pun terdengar dengan keras nya (tok..tok..tok..) Hana langsung membuka pintu dan ternyata yang datang adalah ibu dan ayahnya.
Hana : “Ibu gak papa? Ibu istirahat yang banyak yah jangan memikirkan apapun.
Ibu : “Ibu tidak apa-apa Hana, ibu Cuma pusing biasa.”
       Hana : “Yaudah Hana antarkan ke kamar yah bu.”
Dengan perlahan Hana dan Ibunya pergi menuju kamar, dan adiknya yaitu Naura meminta sesuatu pada Ayahnya.
Naura : “Ayah Naura pengen Handphone, Naura pengen kaya orang-orang.
Naura gak mau ketinggalan zaman.”
Ayah : “Naura sayang, dengar ayah baik”baik yah. Kehiduapan tidak selamanya manis nak, kehidupan adakalanya pahit. Dan sekarang keluarga kita sedang berada dalam keadaan berkecukupan, tidak seperti dulu apapun permintaan Naura ayah selalu laksanakan. Sekarang ayah berusaha mencari uang untuk biaya kuliah kakak mu nak. Naura sabar yah keluarga kita sedang di uji kesabaran. Jadi Naura mengerti yah.”
Naura : “Iyah ayah maafin Naura.” (menunduk)
Ayah : “Iyah sayang sekarang belajar yang rajin yah supaya menjadi anak pintar.”
Hari demi hari berjalan, Hana sangat menikmati kuliahnya selama ini. Dan UAS pun akan dilaksanakan. Untuk mendapatkan kartu UAS Hana harus menyelesaikan pembayaran. Hana bingung harus bilang apa pada ayahnya dalam waktu tiga hari harus ada uang untuk membayar angsuran bulan ini. Terpakasa Hana membicarakan pada ayahnya.
Hana : “Ayah maaf, Hana mau ngasih ini pada ayah (selembaran kertas yang isinya tunggakan pembayaran)
Ayah : “Ini apa? (membuka dan membacanya) oh bayaran yah?”
Hana : “Iyah yah, maafin Hana. Hana rela untuk berhenti kuliah dan akan mencari kerja untuk membantu ekonomi keluarga.
Hana : “Hana sayang, ini adalah tanggung jawab ayah, kamu sebagai anak bukan bekerja tapi kewajibanmu adalah belajar. Jadi gapailah impianmu setinggi-tingginya.”
Hana : (memeluk erat sang ayah dan menangis) “ayah memang laki-laki yang selalu ada dalam kehidupan Hana, ayah adalah sosok ayah yang selalu sabar, aku bangga mempunyai ayah seperti ayah Abdullah.”
Ayah : “Sudah sekarang kamu belajar, ayah mau kebelakang dulu ada genteng yang bocor ayah mau membenarkannya dulu.
Sang ayah pun pergi ke belakang dan menagis. Bapak Abdullah bingung bagaimana cara mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu yang singkat. Adzan isya berkumandang. Pak Abdullah langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat isya. Dalam doanya pak Abdullah, ia meminta pada yang Maha Kuasa.
Ayah : (berdoa) “Ya Allah berilah hamba ketabahan dalam menghadapi ini, aku yakin pada-Mu setiap manusia sudah diberi rezekinya masing-masing. Kau lah tempat meminta mudahkanlah hamba dalam mencari uang.”
Ternyata di balik pintu kamar yang sudah rapuh Hana mendengarkan do’a ayah nya, dia menagis dan menangis, dia bingung harus curhat pada siapa. Pada adiknya tidk mungkin karena ini bisa membuatnya kepikiran. Dia hannya mengadu pada yang Maha Kuasa.

Haripun mulai cerah, pukul 07:23 Hana Sudah berada di Kampus. Seperti biasa dia suka duduk di bawah pohon yang rindang, dimana menurutnya pohon ini adalah pohon yang membawa kesejukan hati serta dimana ia pertama kali kenal dengan seseorang, yaitu Azka. Hanya Allah yang menghendaki cinta, dekat dan semakin dekat Hana dan Azka mulai ada rasa satu sama lainnya. Saat itu Hana meraskan jatuh cinta yang berbeda dengan sebelumnya. selain hari-harinya ditemani oleh keluarganya, Hana juga ditemani Azka.
Setiap Hana duduk di bawah pohon rindang pasti ada Azka yang menemaninya.
Azka : “Kenapa sih Hana selalu menangis kalou ada di bawah pohon ini?”
Hana : “Pohon ini bagiku adalah penyejukan hati.”
Azka : “Penyejukan hati? Apa kenangan pertama ketemu denganku? (canda)
Hana : “Issshhh kamu. (tersenyum)
Mereka saling mencintai satu sama lain, tapi mereka tidak pernah mencurahkan rasa isi hatinya.
Azka : “Iyah maaf yah bercanda kok . heee kenapa sih Na, nangis? Ada masalah? cerita dong kita kan sudah kenal lama.”
Hana : “Hmmmm.... gini Ka, aku bingung aku belum bayar angsuran bulan ini, sementara UAS sudah mulai dekat. Aku kasihan pada ayah, dalam jangka waktu yang singakat ia harus mencari uang sebesar itu.”
Azka : “Ohh itu toh masalahnya, Hana aku mau tanya sama kamu, kamu yakin gak pada yang Maha Kuasa bahwa setiap orang diberikan rezekinya masing-masing?”
Hana : “Iyahlah aku yakin.”
Azka :” Maka dari itu, gak usah bingung nangti juga ada kok, dalam kesulitan pasti ada kemudahan yakin deh.”
Hana : “Makasih yah Ka, atas motivasinya. Aku senang sekali bisa berteman dengan mu.
Suara adzan maghrib sudah berkumandang Hana dan Azka melaksanakan sholat terlebih dahulu yang di imami oleh pak Arfanullatif.
Dan waktunya pulang, Azka mengantarkan Hana pulang. Dan sampai nya di rumah,sebelum Hana menyimpan tas hitamnya dia di panggil oleh ayah dan ibunya di ruang tamu.
       Ayah : “Hana sini.”
       Hana : “Iyah yah ?”
Ibu   : “Hana sayang ini adalah uang buat membayar angsuran bulan ini, bayarkan yah.”
       Hana : “Ibu, ayah dapat uang dari mana?”
   Ayah : “Sudahlah yang penting uang ini didapatkan dengan halal. Besok kamu bayarkan dan kamu bisa mengikuti UAS. Semangat UAS nya sayang.”
       Hana : (memeluk ayah dan ibu) terimaksih Ayah, Ibu.”
Handphone mungil yang dimilki Hana berdering seperti biasa dia menggunakan melodi islami dan ternyata panggilan dari Azka. Hana pamit kepada ayah dan ibunya ke kamar untuk mengangkat telepon dari Azka.
       Azka : “Assalamu’alaikum Hana. Bagaimana lusa siap UAS nya?”
Hana : “Waalaikumsalam Azka, InsyaAllah siap, Azka benar kata kamu kita gak usah bingung, Allah sudah memberikan rezeki pada setiap orangnya. Buktinya pas aku datang ke rumah ayah dan ibu langsung memberikan uang pada aku untuk bayar angsuran bulanan, dan akhirnya aku bisa mengikuti UAS juga.” (senang)
Azka : “Tuh kan percaya dan yakin pada Allah SWT, segala sesuatu pasti ada     jalan.
(tut.. tut.. tut) telephon pun terputus. Ternyata pulsa Azka habis.

Tiga hari kemudian, UAS pun berjalan dengan lancar sampai akhir, saatnya menerima nilai-nilai dan ternyata nilai Hana sangat bagus.
Dan akhirnya keluarga Pak Abdullah dan bu Aminah menjadi keluarga yang bahagia, keluarga yang serba ada. Itu karena doa yang kuat dan rasa yakin kepada Allah SWT. Tentunya sabar dalam menghadapi ujian maupun cobaan, serta Hana seorang anak yang mempunyai tekad yang tinggi dan rasa yakin kepada Allah SWT bisa mengikuti UAS dan mendapatkan nilai yang bagus.

                                                            Salam Manis,
                                                       Eneng Fitri Handayani


Amanat Penulis : selalu lah bersabar dalam menghadapi cobaan dan rintangan,serta yakin kepada Allah SWT bahwa dalam kesulitan pasti ada jalan. Tentunya selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh sang yang Maha Kuasa.


        







 





0 komentar:

Posting Komentar

Created By Sora Templates